Minggu, 03 Mei 2015

Butiran Es Kosmis Mengawali Proses Menuju Blok Bangunan DNA dan Asam Amino

Jumat, 1 Maret 2013 -

Dengan menggunakan teknologi baru pada teleskop dan yang ada di laboratorium, para peneliti menemukan sepasang molekul prebiotik penting di ruang antarbintang. Penemuan ini menunjukkan bahwa beberapa bahan kimiadasar yang merupakan langkah-langkah kunci menuju ke kehidupan mungkin telah terbentuk pada butiran es berdebu yang mengambang di antara bintang-bintang.
Para ilmuwan menggunakan Teleskop Green Bank milik National Science Foundation di West Virginia untuk mempelajari awan gas raksasa berjarak sekitar 25.000 tahun cahaya dari bumi, dekat dengan pusat Galaksi Bima Sakti kita. Bahan kimia yang mereka temukan pada awan tersebut meliputi suatu molekul yang diduga menjadi pelopor bagi komponen kunci DNA dan lainnya yang mungkin berperan dalam pembentukan asam amino alanin.
Molekul yang baru ditemukan itu, disebut cyanomethanimine, merupakan salah satu langkah dalam proses yang diyakini memproduksi adenin, satu dari empat nukleobasa yang membentuk “anak tangga” dalam struktur seperti-tangga DNA. Molekul lainnya, disebut ethanamine, diduga berperan dalam membentuk alanin, satu dari dua puluh asam amino dalam kode genetik.
Teleskop Green Bank dan molekul-molekul yang sudah ditemukan. (Kredit: Bill Saxton, NRAO/AUI/NSF)
“Penemuan molekul-molekul dalam awan gas antarbintang ini mengindikasikan bahwa blok bangunan yang penting bagi DNA dan asam amino dapat menebar ke planet yang baru terbentuk, bersama dengan prekursor-prekursor kimiawi untuk kehidupan,” tutur Anthony Remijan dari National Radio Astronomy Observatory.
Pada masing-masing kasus, kedua molekul yang baru ditemukan itu merupakan tahap peralihan dalam proses kimiawi multi-langkah yang mengarah ke molekul biologis akhir. Rincian proses-prosesnya belum sepenuhnya jelas, namun penemuan ini menyediakan wawasan baru tentang di mana proses-proses itu terjadi.
Sebelumnya, para ilmuwan menduga proses tersebut berlangsung dalam gas yang sangat tipis di antara bintang-bintang. Namun penemuan baru menunjukkan bahwa urutan pembentukan kimiawi untuk molekul-molekul itu tidak terjadi di dalam gas, melainkan pada permukaan butiran es di ruang antarbintang.
Struktur cyanomethanimine, molekul yang baru ditemukan dalam ruang antarbintang. Biru=nitrogen, abu-abu=karbon, putih=hidrogen. (Kredit: NRAO/AUI/NSF)
“Kami perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk lebih memahami cara kerja reaksi-reaksinya, tapi beberapa langkah kunci pertama yang mengarah ke bahan-bahan kimia biologis bisa saja terjadi pada butiran es kecil,” kata Remijan.
Penemuan ini bisa terwujud dengan adanya teknologi baru yang mempercepat proses mengidentifikasi “sidik jari” bahan kimia kosmik. Masing-masing molekul memiliki satu set rotasi tertentu yang menandakan dapat diintepretasi. Saat terjadi perubahan dari satu keadaan ke keadaan lain, sejumlah energi tertentu dipancarkan atau diserap, seringkali sebagai gelombang radio pada frekuensi tertentu yang dapat diamati dengan Teleskop Green Bank.
Struktur adenin, suatu komponen DNA. (Kredit: NRAO/AUI/NSF)
Teknik laboratorium terbaru memungkinkan para astrokimiawan mengukur pola karakteristik dari frekuensi radio untuk molekul tertentu. Berbekal informasi itu, mereka kemudian dapat menyesuaikan polanya dengan data yang diperoleh dari teleskop. Perangkat laboratorium di University of Virginia dan Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics mengukur emisi radio dari cyanomethanimine danethanamine, kemudian pola frekuensi dari kedua molekul itu dicocokkan dengan data publik hasil survei yang dilakukan dengan Teleskop Green Bank dari tahun 2008 hingga 2011.
Sebuah tim mahasiswa yang berpartisipasi dalam program riset musim panas spesial, yang diperuntukkan bagi para mahasiswa minoritas di University of Virginia (U.Va.), mengerjakan beberapa percobaan yang mengarah pada penemuan cyanomethanimine. Para mahasiswa ini bekerja di bawah arahan profesor U.Va. Brooks Pate, Ed Murphy, dan Remijan. Program yang didanai National Science Foundation ini, membawa para mahasiswa dari empat perguruan tinggi untuk mengalami penelitian musim panas tersebut. Mereka bekerja di laboratorium astrokimia milik Pate, lengkap dengan data dari Teleskop Green Bank.
“Ini adalah penemuan yang cukup istimewa dan membuktikan bahwa para mahasiswa awal-karir dapat melakukan penelitian yang luar biasa,” ujar Pate.
Kredit: National Radio Astronomy Observatory
Jurnal: Daniel P. Zaleski, Nathan A. Seifert, Amanda L. Steber, Matt T. Muckle, Ryan A. Loomis, Joanna F. Corby, Oscar Martinez, Kyle N. Crabtree, Philip R. Jewell, Jan M. Hollis, Frank J. Lovas, David Vasquez, Jolie Nyiramahirwe, Nicole Sciortino, Kennedy Johnson, Michael C. McCarthy, Anthony J. Remijan, Brooks H. Pate. DETECTION OF E-CYANOMETHANIMINE TOWARD SAGITTARIUS B2(N) IN THE GREEN BANK TELESCOPE PRIMOS SURVEYThe Astrophysical Journal, 2013; 765 (1): L10 DOI: 10.1088/2041-8205/765/1/L10

Kecerdasan Koloni Semut

Minggu, 6 Maret 2011 -

Seekor semut adalah mahluk yang bodoh, ukurannya kecil dan tidak mampu melihat jauh. Dilihat dari ukurannya, lansekap dimana ia bergerak ke mana-mana mestilah sangat tidak beraturan baginya. Lalu bagaimana semut dalam koloni semut mampu menemukan makanan dengan cepat dan umumnya lewat rute terpendek, ketimbang fakta kalau tidak satupun memberikan perintah operasi?
Kembali, ini adalah masalah feromon dan kecerdasan gerombolan. Sebuah koloni semut adalah mesin pemproses paralel yang mengesankan. Kevin Kelly mengatakan : “Semut adalah masa lalu organisasi sosial dan masa depan komputer.” Semut berfungsi secara mandiri dan serempak serta berkomunikasi satu sama lain ‘tanpa sadar’ lewat feromon.
Sejumlah semut perintis dilepas untuk mencari makanan, pergi ke berbagai arah secara mandiri dan acak. Mereka terus menerus melepaskan feromon baik saat pergi dari sarang maupun kembali. Dengan cara ini, jejak yang digunakan oleh banyak semut akan memiliki aroma feromon yang kuat. Feromon adalah zat yang menguap sangat lambat sehingga waktu peluruhan jejak semut sangat panjang.
Semut robot buat Mars. Kitik kitik...
Anggap satu ekor semut secara tidak sengaja menemukan jalan berguna terpendek menuju makanan. Katakanlah jalur A. Lalu ia akan mampu menemui makanan dan kembali dengan jalur yang sama dalam waktu terpendek, dibandingkan dengan semut lain yang tidak menempuh rute ini. Perjalanan pergi dan pulang sepanjang jalur A akan menghasilkan kekuatan feromon dua kali lipat, dibandingkan jalur yang dua kali lebih panjang. Berbagai semut dapat melewati berbagai jalur dan jalur-jalur ini dapat berpotongan. Pada persimpangan dimana banyak jalur berpotongan, semut memilih jalur yang mengeluarkan bau paling kuat, dan karenanya memperkuat bau jalur itu sendiri (hukum kembalian menanjak atau umpan balik positif).
Kemunculan paksa mandiri jalur optimum ini adalah contoh dari AUTOKATALISIS, dan ia hanyalah satu contoh dari berbagai proses pembentukan pola dalam sistem kompleks.
Logika Semut
Penyelidikan satu tipe sistem kompleks dapat memberikan petunjuk pada apa yang dapat terjadi dalam sistem kompleks lainnya. Kasus yang paling jelas adalah : Bagaimana memahami kecerdasan manusia sebagai sejenis kecerdasan gerombolan. Kecerdasan manusia muncul dari interaksi antar sel syaraf, padahal kenyataannya tiap sel syaraf itu bodoh sebodoh-bodohnya.
Diterjemahkan dari
Vinod Kumar Wadhawan. 2009. Complexity Explained.
Referensi lanjut
  1. J. Doyne Farmer dan Alletta Bellini. 1991. Artificial Life: The Coming Evolution. Dalam Artificial Life II, SFI Studies in the Sciences of Complexity, vol. X, disunting oleh C.G. Langton, C. Taylor, J.D. Farmer dan S. Resmussen, Addison-Wesley.
  2. Kevin Kelly, 1995. Out of Control: The New Biology of Machines, Social Systems, and the Economic World. Basic Books.
  3. M. Dorigo and T. Stützle. Ant Colony Optimization. MIT Press, Cambridge, MA, 2004

Pengamatan Sepasang Bintang Langka Hasilkan Jarak yang Lebih Akurat ke Galaksi Terdekat

Kamis, 7 Maret 2013 -

Setelah melakukan pengamatan cermat selama hampir satu dekade, tim astronom internasional mengukur jarak ke galaksi tetangga kita, Large Magellanic Cloud, dengan hasil lebih akurat daripada sebelumnya. Pengukuran baru ini juga menambah pengetahuan kita tentang laju ekspansi alam semesta – Konstan Hubble – sekaligus menjadi langkah penting ke arah pemahaman sifat alam kemisteriusan energi gelap yang menyebabkan percepatan ekspansi. Tim riset menggunakan teleskop ESO di Observatorium La Silla, Chile, serta telekop-teleskop lainnya di seluruh dunia. Hasilnya dimunculkan dalam edisi 7 Maret 2013 jurnal Nature.
Para astronom mensurvei skala alam semesta dengan terlebih dahulu mengukur jarak ke objek-objek dekat dan kemudian menggunakannya sebagai lilin standar[1] untuk mengidentifikasi jarak yang lebih jauh dan lebih jauh hingga ke dalam kosmos. Namun rantai pengukuran ini hanya seakurat link yang paling lemah. Hingga kini, menemukan jarak yang akurat ke Large Magellanic Cloud (LMC), salah satu galaksi terdekat dengan Bima Sakti, terbukti sangat sulit. Mengingat bintang-bintang dalam galaksi itu berguna untuk memperbaiki skala jarak pada galaksi yang lebih jauh, maka pengukurannya sangatlah penting.
Ilustrasi artis ini menunjukkan sistem bintang biner gerhana. Karena saling mengorbit, kedua bintang sesekali melintas di depan satu sama lain sehingga, saat terjadi, gabungan kecerahan keduanya terlihat menurun dari kejauhan. Dengan mempelajari perubahan cahayanya, dan sifat-sifat lain dari sistem tersebut, astronom dapat mengukur jarak ke gerhana binari dengan sangat akurat. Serangkaian panjang pengamatan pada binari gerhana dingin yang sangat langka ini memungkinkan penentuan jarak yang paling akurat ke Large Magellanic Cloud, salah satu galaksi terdekat dengan Bima Sakti, dan menjadi langkah penting dalam penentuan jarak di seluruh alam semesta. (Kredit: ESO/L. Calçada)
Ilustrasi artis ini menunjukkan sistem bintang biner gerhana. Karena saling mengorbit, kedua bintang sesekali melintas di depan satu sama lain sehingga, saat terjadi, gabungan kecerahan keduanya terlihat menurun dari kejauhan. Dengan mempelajari perubahan cahayanya, dan sifat-sifat lain dari sistem tersebut, astronom dapat mengukur jarak ke gerhana binari dengan sangat akurat. Serangkaian panjang pengamatan pada binari gerhana dingin yang sangat langka ini memungkinkan penentuan jarak yang paling akurat ke Large Magellanic Cloud, salah satu galaksi terdekat dengan Bima Sakti, dan menjadi langkah penting dalam penentuan jarak di seluruh alam semesta. (Kredit: ESO/L. Calçada)
Namun pengamatan cermat terhadap kelas bintang ganda yang langka kini memungkinkan tim astronom mampu menyimpulkan nilai yang jauh lebih tepat untuk jarak LMC: 163 000 tahun cahaya.
“Saya sangat gembira, karena selama seratus tahun para astronom telah berupaya mengukur secara akurat jarak ke Large Magellanic Cloud, dan itu terbukti sangat sulit,” ujar Wolfgang Gieren dari Universidad de Concepción, Chile, salah satu pemimpin riset dalam tim, “Kini kami telah memecahkan masalah tersebut dengan memperlihatkan keakurasian hasil hingga 2%.”
Pengembangan dalam teknik pengukuran jarak ke Large Magellanic Cloud sekaligus menghasilkan jarak yang lebih baik bagi bintang-bintang variabel Cepheid[2]. Bintang pulsar yang terang benderang itu digunakan sebagai lilin standar untuk mengukur jarak ke galaksi yang lebih jauh, juga untuk menentukan tingkat ekspansi alam semesta – Konstan Hubble. Pada gilirannya ini merupakan dasar untuk mensurvei Semesta hingga ke galaksi paling jauh, sejauh yang mampu ditangkap dengan teleskop saat ini. Maka, jarak yang lebih akurat ke Large Magellanic Cloud dengan segera mengurangi ketidakakurasian dalam pengukuran jarak kosmologis baru-baru ini.
Foto ini menunjukkan Large Magellanic Cloud, galaksi terdekat dengan Bima Sakti. Posisi samar delapan bintang biner gerhana yang dingin ditandai dengan silang (objek-objek yang terlalu samar muncul secara langsung dalam gambar ini). Dengan mempelajari perubahan cahaya bintang-bintang tersebut, dan properti lain dari sistemnya, para astronom dapat mengukur jarak ke gerhana binari dengan sangat akurat. Serangkaian panjang pengamatan objek-objek itu menghadirkan penentuan yang paling akurat untuk jarak ke Large Magellanic Cloud - langkah penting dalam penentuan jarak di seluruh alam semesta. (Kredit: ESO/R. Gendler)
Foto ini menunjukkan Large Magellanic Cloud, galaksi terdekat dengan Bima Sakti. Posisi samar delapan bintang biner gerhana yang dingin ditandai dengan silang (objek-objek yang terlalu samar muncul secara langsung dalam gambar ini). Dengan mempelajari perubahan cahaya bintang-bintang tersebut, dan properti lain dari sistemnya, para astronom dapat mengukur jarak ke gerhana binari dengan sangat akurat. Serangkaian panjang pengamatan objek-objek itu menghadirkan penentuan yang paling akurat untuk jarak ke Large Magellanic Cloud – langkah penting dalam penentuan jarak di seluruh alam semesta. (Kredit: ESO/R. Gendler)
Para astronom menentukan jarak ke Large Magellanic Cloud dengan mengamati sepasang bintang langka, yang dikenal sebagai gerhana binari[3]. Karena saling mengorbit, kedua bintang itu sesekali melintas di depan satu sama lain. Saat lintasan itu terjadi, sebagaimana yang terlihat dari bumi, kecerahan total cahayanya menurun drastis, baik di saat salah satu bintangnya melintas di depan yang lain dan, pada kecerahan yang berbeda, saat bintang itu melintas di belakang[4].
Dengan melacak perubahan kecerahannya secara sangat hati-hati, dan juga mengukur kecepatan orbital kedua bintang, maka bisa dimungkinkan untuk menentukan seberapa besar ukuran bintang, massa-nya serta informasi lain terkait orbitnya. Saat data ini dikombinasikan dengan pengukuran cermat terhadap kecerahan total dan warna kedua bintang[5], maka hasil jarak yang sangat akurat bisa diperoleh.
Metode ini sudah pernah digunakan sebelumnya, namun dilakukan pada bintang-bintang yang panas. Bagaimanapun, asumsi-asumsi tertentu sudah terlanjur dibuat untuk hal ini dan jarak-jarak yang dihasilkan tidak seakurat yang diinginkan. Tapi kini, untuk pertama kalinya, delapan binari gerhana yang sangat langka, di mana kedua bintangnya merupakan bintang raksasa merah yang lebih dingin, telah berhasil teridentifikasi[6]. Bintang-bintang tersebut telah dipelajari dengan sangat teliti dan menghasilkan nilai jarak yang jauh lebih akurat — akurasi hingga sekitar 2%.
“ESO menyediakan kehandalan teleskop dan instrumen yang sempurna bagi pengamatan yang dibutuhkan dalam proyek ini: HARPS untuk kecepatan radial yang sangat akurat terhadap bintang-bintang yang relatif redup, serta SOFI untuk mengukur secara tepat seberapa terang bintang-bintang yang nampak dalam inframerah,” tambah Grzegorz Pietrzynski dari Universidad de Concepción, Chili, dan Observatorium Universitas Warsawa, Polandia, penulis utama dalam makalah di Nature.
“Kami tengah bekerja dalam meningkatkan metode kami lebih jauh dan berharap memiliki jarak LMC 1% segera dalam beberapa tahun ke depan. Ini memiliki konsekuensi pencapaian yang luas, tidak hanya bagi kosmologi, tapi juga bagi berbagai bidang astrofisika,” simpul Dariusz Graczyk, penulis kedua dalam makalah.
Keterangan:
[1] Standar lilin adalah kecerahan cahaya dari objek yang diketahui. Dengan mengamati seberapa terang suatu objek, membantu para astronom menentukan jaraknya — objek yang lebih jauh memiliki kecerahan yang lebih redup. Contoh lilin standar adalah variabel Cepheid[2] dan supernova Tipe Ia. Kesulitan besarnya adalah mengkalibrasi skala jarak dengan cara mencari contoh-contoh yang relatif dekat dengan objek, di mana jaraknya dapat ditentukan dengan cara lain.
[2] Variabel Cepheid adalah bintang terang yang tidak stabil, berdenyut dan memiliki kecerahan yang bervariasi. Namun terdapat hubungan yang sangat jelas antara seberapa cepat bintang itu berubah dan seberapa terang cahayanya. Cepheid yang berdenyut cepat lebih redup dibanding yang berdenyut lambat. Hubungan periode-kecerahan ini memungkinkan bintang-bintang berguna sebagai lilin standar untuk mengukur jarak galaksi-galaksi terdekat.
[3] Riset ini merupakan bagian dari Araucaria Project jangka panjang untuk mengembangkan pengukuran jarak ke galaksi-galaksi terdekat.
[4] Variasi cahaya yang tepat tergantung pada besarnya bintang, temperatur dan warnanya serta rincian orbitnya.
[5] Warna diukur dengan membandingkan kecerahan bintang-bintang pada berbagai panjang gelombang inframerah.
[6] Bintang-bintang yang ditemukan dengan menelusuri 35 juta bintang LMC telah diteliti oleh proyek OGLE.
Kredit: European Southern Observatory – ESO
Jurnal: G. Pietrzynski, D. Graczyk, W. Gieren, I. B. Thompson, B. Pilecki, A. Udalski, I. Soszynski, S. Kozlowski, P. Konorski, K. Suchomska, G. Bono, P. G. Prada Moroni, S. Villanova, N. Nardetto, F. Bresolin, R. P. Kudritzki, J. Storm, A. Gallenne, R. Smolec, D. Minniti, M. Kubiak, M. K. Szymanski, R. Poleski, L. Wyrzykowski, K. Ulaczyk, P. Pietrukowicz, M. Górski, P. Karczmarek. An eclipsing-binary distance to the Large Magellanic Cloud accurate to two per centNature, 2013; 495 (7439): 76 DOI:10.1038/nature11878

Dalam Dunia Kuantum, Berlian Berkomunikasi Satu Sama Lain

Jumat, 2 Desember 2011 -

Para peneliti yang bekerja di Laboratorium Clarendon di Universitas Oxford, Inggris, telah berhasil membuat satu berlian kecil berkomunikasi dengan berlian kecil lainnya dengan memanfaatkan “keterikatan kuantum”, salah satu fitur yang menggugah dalam fisika kuantum.
Keterikatan (entanglement) telah terbukti sebelumnya, namun apa yang membuat percobaan Oxford menjadi unik adalah konsepnya yang ditunjukkan dengan benda padat yang cukup besar pada suhu ruangan.
Keterikatan materi sebelumnya melibatkan partikel submikroskopik, seringkali pada suhu yang dingin.
Percobaan ini menggunakan berlian berskala milimeter, “bukan atom individu, bukan awan gas,” kata Ian Walmsley, profesor fisika eksperimental di Laboratorium Clarendon Oxford, salah satu tim peneliti internasional.
Percobaan ini dilaporkan dalam Science edisi minggu ini.
Ketika memberi kejutan listrik pada satu berlian buatan dengan pulsa laser ultra-pendek, mereka berhasil mengubah getaran berlian kedua yang terletak sejauh setengah kaki tanpa sedikitpun menyentuhnya.
“Keterikatan” berasal dari pikiran Albert Einstein, yang ironisnya hadir dengan gagasan untuk mencoba menyanggah mekanika kuantum, cabang fisika yang tidak ia yakini sepanjang hidupnya.
Berdasarkan teori ini, jika dua partikel, misalnya elektron, diciptakan bersamaan, beberapa atribut mereka akan menjadi “terikat”. Jika keduanya kemudian dipisahkan, dengan melakukan sesuatu pada yang satu, maka itu akan langsung mempengaruhi yang lainnya. Ini akan terjadi entah posisi mereka berdampingan satu sama lain ataupun terpisah jauh di alam semesta.
Sebagai contoh, elektron bertindak seolah-olah mereka memiliki magnet bar kecil yang mengarah ke atas atau bawah, digambarkan dengan sebuah atribut yang disebut “spin”. Jika kedua elektron saling terikat lewat spin mereka – atas atau bawah – dan ilmuwan mengukur spin yang satu, maka spin yang lain akan bereaksi, bahkan sekalipun yang satu berada di atas meja laboratorium di Oxford dan yang lainnya berada di sebuah planet dekat bintang Antares sejauh 1.000 tahun cahaya.
Ini bisa mengindikasikan bahwa, informasi tentang perubahan ini melakukan perjalanan yang lebih cepat dari kecepatan cahaya – yang Einstein katakan adalah tidak mungkin – atau jarak jauhnya adalah semacam ilusi.
Einstein menyebutnya sebagai “aksi seram di kejauhan”. Fisikawan Jerman Erwin Schrodinger menggunakan istilah “keterikatan” dalam secarik surat kepada Einstein. Dia pun tidak meyakini mekanika kuantum.
“Saya rasa saya bisa katakan bahwa tak ada seorangpun yang memahami mekanika kuantum,” jelas fisikawan Richard Feynman.
Meskipun demikian, mekanika kuantum kini merupakan paradigma bagi alam pada tingkat atom. Ini berfungsi sebagai dasar pada banyak teknologi modern, dari laser hingga transistor. Dan keterikatan hadir sebagai bagian dari paketnya. Para fisikawan telah menunjukkannya dalam laboratorium sejak tahun 1980-an, dan tengah digunakan dalam ekperimen laboratorium dengan blok-blok bangunan komputer kuantum.
Berlian yang digunakan Walmsley dan tim internasional berukuran sekitar 3 milimeter persegi dengan ketebalan 1 milimeter.
“Kami menggunakan laser pulsa pendek dengan durasi pulsa sekitar 100 femto-detik (seper satu detik),” katanya.
Mereka memilih berlian karena merupakan kristal, sehingga lebih mudah mengukur getaran molekulnya, dan karena transparan pada panjang gelombang yang terlihat. Cahaya dari laser mengubah semacam getaran massa dalam kristal berlian yang disebut fonon, dan pengukuran menunjukkan bahwa mereka terikat: Getaran berlian yang kedua bereaksi terhadap apa yang terjadi pada getaran yang pertama.
Dengan melakukan percobaan dengan pulsa laser yang ultra-cepat, memungkinkan para peneliti menangkap keterikatan, yang biasanya sangat berlangsung cepat pada benda-benda besar dalam suhu kamar.
“Ini tetap merupakan cara berpikir yang berlawanan tentang objek,” aku Walmsley.
“Ini adalah potongan kerja yang sangat bagus dan cerdas dengan implikasi yang berpotensi besar,” kata Sidney Perkowitz, seorang fisikawan di Universitas Emory di Atlanta, dan penulis “Slow Light: Invisibility, Teleportation and Other Mysteries of Light”, buku yang sebagian membahas tentang keterikatan. Ukuran makroskopik, dan fakta bahwa hal ini dilakukan pada suhu kamar, akan menjadi langkah penting menuju teknologi kuantum praktis untuk telekomunikasi dan komputasi, dan ke arah pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana dunia kuantum dan dunia skala-manusia saling terkait.”
Kredit: Universitas Oxford
Jurnal: K. C. Lee, M. R. Sprague, B. J. Sussman, J. Nunn, N. K. Langford, X.-M. Jin, T. Champion, P. Michelberger, K. F. Reim, D. England, D. Jaksch, I. A. Walmsley. Entangling Macroscopic Diamonds at Room TemperatureScience, 2 December 2011: Vol. 334 no. 6060 pp. 1253-1256. DOI:10.1126/science.1211914

FeTRAM: Teknologi Memori Komputer yang Menjanjikan

Rabu, 28 September 2011 -

Para peneliti tengah mengembangkan sebuah jenis baru memori komputer yang bisa lebih cepat daripada memori komersial yang ada saat ini dan penggunaan listrik yang jauh lebih sedikit dari perangkat memori flash.
Teknologi ini mengkombinasikan kawat nano silikon dengan polimer “feroelektrik”, bahan yang mengaktifkan polaritas ketika medan listrik dialirkan, memungkinkan tipe baru dari transistor feroelektrik.
“Ini dalam tahap yang masih sangat baru,” kata mahasiswa doktoral Saptarshi Das, yang bekerja sama dengan Joerg Appenzeller, seorang profesor teknik elektro dan komputer dan direktur ilmiah nanoelektrik di Pusat Nanoteknologi Purdue Birck.
Diagram ini menunjukkan tata letak jenis baru memori komputer yang bisa lebih cepat daripada memori komersial yang ada saat dan penggunaan daya listrik yang jauh lebih sedikit dari perangkat memori flash. (Kredit: Pusat Nanoteknologi Birck, Universitas Purdue)
Transistor feroelektrik yang mengubah polaritas dibaca sebagai 0 atau 1, operasi yang diperlukan bagi sirkuit digital untuk menyimpan informasi dalam kode biner yang terdiri dari urutan satu dan nol. Teknologi baru ini disebut FeTRAM, untuk memori transistor feroelektrik akses acak.
“Kami telah mengembangkan teori serta melakukan eksperimen dan juga menunjukkan cara kerjanya dalam sebuah sirkuit,” katanya. Temuan yang rinci dalam makalah penelitian ini muncul dalam Nano Letters, dipublikasikan oleh American Chemical Society.
Teknologi FeTRAM memiliki penyimpanan non-volatile, artinya ini tetap berada di dalam memori meski komputer sudah dimatikan. Perangkatnya bisa berpotensi menggunakan energi 99 persen lebih rendah dari memori flashchip penyimpanan komputer non-volatile dan bentuk dominan memori di pasar komersial.
“Namun, perangkat kami sekarang ini masih mengkonsumsi daya lebih banyak karena skalanya masih kurang tepat,” kata Das. “Untuk teknologi FeTRAM generasi masa depan, salah satu tujuan utamanya adalah mengurangi disipasi daya listrknya. Mungkin juga akan jauh lebih cepat daripada bentuk lain memori komputer yang disebut SRAM.”
Teknologi FeTRAM memenuhi tiga fungsi dasar dari memori komputer: untuk menulis informasi, membaca informasi dan tahan dalam jangka waktu yang panjang.
“Anda ingin menyimpan memori selama mungkin, 10 hingga 20 tahun, dan Anda harus mampu membaca dan menulis sebanyak mungkin,” kata Das. “Ini juga harus berdaya listrik rendah agar laptop Anda tidak menjadi terlalu panas. Dan ini perlu diskala, artinya Anda bisa mengemas banyak perangkat ke area yang sangat kecil. Penggunaan kawat nano silikon bersama dengan polimer feroelektrik ini telah termotivasi oleh persyaratan-persyaratan tersebut.”
Teknologi baru ini juga kompatibel dengan proses industri manufaktur untuk semikonduktor oksida logam komplementer, atau CMOS, yang digunakan untuk memproduksi chip komputer. Ini memiliki potensi untuk menggantikan sistem memori konvensional.
Sebuah aplikasi paten telah diajukan untuk konsepnya.
FeTRAM mirip dengan memori akses acak feroelektrik, FeRAM, yang sedang digunakan secara komersial namun pasar semikonduktornya masih relatif kecil secara keseluruhan. Keduanya menggunakan bahan feroelektrik untuk menyimpan informasi secara non-volatile, namun tidak seperti FeRAM, teknologi baru ini memungkinkan pembacaan yang tidak destruktif, artinya informasi dapat dibaca tanpa menghilangkannya
Pembacaan non-destruktif ini dimungkinkan dengan menyimpan informasi  menggunakan transistor feroelektrik, bukan kapasitor, yang digunakan dalam FeRAM konvensional.
Pekerjaan ini didukung oleh Research Initiative Nanoteknologi (NRI) melalui Network for Computational Nanotechnology (NCN) Purdue, yang didukung oleh National Science Foundation.
Kredit: Purdue University
Jurnal: Saptarshi Das, Joerg Appenzeller. FETRAM. An Organic Ferroelectric Material Based Novel Random Access Memory CellNano Letters, 2011; 11 (9): 4003 DOI: 10.1021/nl2023993

Masa Lalu Bumi Memberi Petunjuk Perubahan-perubahan Masa Depan

Kamis, 24 November 2011 -

Para ilmuwan selangkah lebih dekat untuk bisa memprediksi kapan dan di mana gempa bumi akan terjadi setelah berfokus pada pembentukan Andes, yang dimulai 45 juta tahun yang lalu.
Dipublikasikan dalam jurnal Nature, penelitian yang dipimpin oleh Dr. Fabio Capitanio dari Sekolah Ilmu Bumi Universitas Monash ini menggambarkan pendekatan baru tentang lempeng tektonik. Ini adalah model pertama untuk melampaui penggambaran bagaimana lempeng bergerak, dan menjelaskan mengapa itu terjadi.
Dr. Capitanio mengatakan bahwa meskipun teori ini telah diterapkan hanya pada satu batas lempeng sejauh ini, namun ini adalah aplikasi yang lebih luas.
Dengan memahami kekuatan gerakan lempeng tektonik akan memungkinkan para peneliti memprediksi pergeseran dan konsekuensinya, termasuk pembentukan pegunungan, pembukaan dan penutupan lautan, serta gempa bumi.
Dr. Capitanio mengatakan bahwa teori yang ada tentang lempeng tektonik telah gagal menjelaskan beberapa fitur pengembangan rantai gunung terpanjang di dunia berbasis daratan, dan memotivasi dia untuk mengambil pendekatan yang berbeda.
“Kami tahu bahwa Andes dihasilkan dari subduksi satu lempengan, di bawah yang lainnya, namun banyak hal yang tidak dapat dijelaskan. Sebagai contoh, subduksi dimulai 125 juta tahun yang lalu, tapi pegunungan hanya mulai terbentuk 45 juta tahun yang lalu. Ketertinggalan inilah yang tidak dipahami,” kata Dr. Capitanio.
“Model yang kami kembangkan menjelaskan waktu pembentukan Andes dan fitur unik seperti kelengkungan rantai gunung.”
Dr. Capitanio mengatakan bahwa pendekatan tradisional terhadap lempeng tektonik, yang bekerja pada data, menghasilkan model dengan deskriptif yang kuat, tetapi tidak ada kekuatan prediktif.
“Model yang ada memungkinkan Anda menggambarkan pergerakan lempeng seperti yang terjadi, tetapi Anda tidak bisa mengatakan kapan pergerakan itu akan berhenti, atau apakah mereka akan mempercepat, dan sebagainya.
“Saya mengembangkan model fisika tiga-dimensi – saya menggunakan fisika untuk memprediksi perilaku lempeng tektonik. Kemudian, saya menerapkan data yang melacak Andes kembali hingga ke 60 juta tahun yang lalu. Ini begitu sesuai.”
Kolaborator pada proyek ini adalah Dr. Claudio Faccenna dari Universita Roma Tre, Dr. Sergio Zlotnik dari UPC-Barcelona Tech, dan Dr. David R Stegman dari University of California San Diego. Para peneliti akan terus mengembangkan model ini dengan menerapkannya pada zona-zona subduksi lainnya.
Kredit: Universitas Monash
Jurnal: F. A. Capitanio, C. Faccenna, S. Zlotnik, D. R. Stegman. Subduction dynamics and the origin of Andean orogeny and the Bolivian oroclineNature, 23 November 2011. DOI:10.1038/nature10596

Misteri Cuaca Ruang Angkasa Terpecahkan: Penemuan Link Antara Elektron dan Aurora Difus Atmosfer

Jumat, 22 Oktober 2010 -

Penelitian terbaru telah melunasi puluhan tahun debat ilmiah tentang aspek cuaca ruang angkasa yang membingungkan. Para peneliti dari Universitas California (UCLA) dan British Antarctic Survey (BAS) telah menemukan linkterakhir di antara elektron-elektron yang terperangkap di dalam ruang angkasa dan kemilau cahaya pada bagian atas atmosfer, yang dikenal sebagai aurora difus[1] (aurora menyebar).
Penelitian yang diterbitkan dalam edisi terbaru jurnal Nature ini, menjanjikan pemahaman terhadap cuaca ruang angkasa, beserta keuntungan-keuntungannya bagi satelit, jaringan listrik dan industri penerbangan, serta bagaimana badai ruang angkasa mempengaruhi atmosfer bumi, dari bagian atas hingga ke bawah.
Para ilmuwan telah lama memahami bahwa ‘aurora difus’ disebabkan oleh elektron yang melabrak bagian atas atmosfer. Namun, elektron biasanya jauh lebih tinggi terjebak di medan magnet bumi melalui rantai panjang peristiwa yang dimulai dari matahari. Masalahnya adalah memahami bagaimana elektron-elektron tersebut mencapai atmosfer.
Pencitraan satelit dari 'aurora difus' terlihat di atas Antartika di belahan bumi selatan. (Kredit: NASA)
Sejak 1970-an, para ilmuwan telah memperdebatkan apakah frekuensi sangat rendah (very low frequency -VLF) gelombang radio dapat menyebarkan elektron yang terjebak ke dalam atmosfir. Dua jenis gelombang VLF diidentifikasi dalam ruang angkasa sebagai penyebab yang mungkin akan timbulnya ‘aurora difus’, tetapi argumen dan penelitian selama bertahun-tahun tidak ada hasil yang konklusif. Penelitian terbaru, tanpa diragukan lagi, menunjukkan bahwa gelombang VLF yang dikenal sebagai ‘paduan suara’[2] adalah sebagai penyebabnya; disebut ‘paduan suara’ karena sinyal-sinyalnya yang terdeteksi oleh alat perekam suara berbasis darat, terdengar seperti paduan suara burung fajar ketika diputar ulang melalui pengeras suara.
Melalui analisis rinci data satelit, para penulis makalah mampu menghitung efek pada elektron yang terperangkap dan mengidentifikasi gelombang radio yang menyebabkan penyebaran tersebut.
Penulis utama, Profesor Richard Thorne dari UCLA, mengatakan: “Terobosan muncul ketika kami menyadari bahwa elektron yang tersesat dari ruang angkasa ke atmosfer bumi meninggalkan tanda alam, secara efektif bisa menceritakan tentang bagaimana mereka tersebar. Kami kemudian dapat menganalisis data satelit kami pada dua jenis gelombang VLF dan dengan menjalankan perhitungan pada mereka – termasuk tingkat di mana elektron tersesat ke dalam atmosfir bumi – kami dengan jelas bisa melihat bahwa gelombang paduan suara adalah penyebab penyebaran tersebut.”
'Aurora australis' (dikenal sebagai cahaya selatan) terlihat di Antartika. 'Aurora australis' tampak seperti tirai cahaya warna-warni yang berkibar dan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Profesor Richard Horne dari British Antarctic Survey, mengatakan: “Temuan kami merupakan salah satu yang penting karena akan membantu ilmuwan untuk memahami bagaimana aurora difusi menyebabkan perubahan kimia pada bagian atas atmosfer, termasuk efek pada ozon di ketinggian, yang dapat mempengaruhi suhu melalui atmosfer.
“Kami juga melibatkan gelombang VLF ke dalam model komputer untuk membantu memprediksi ‘cuaca ruang angkasa’ yang tidak hanya mempengaruhi satelit dan jaringan listrik, tetapi juga akurasi navigasi GPS dan komunikasi frekuensi tinggi radio dengan pesawat pada rute kutub.”
‘Aurora difus’, tidak sama halnya dengan ‘aurora diskrit’[3] yang dikenal sebagai cahaya kutub utara dan selatan. ‘Aurora diskrit’ terlihat seperti tirai cahaya warna-warni yang berkibar dan dapat dilihat dengan mata telanjang, sedangkan aurora difus sangat redup tetapi lebih luas. ‘Aurora difus’, yang biasanya menyumbang tiga-perempat masukan energi ke bagian atas atmosfer di malam hari, bervariasi berdasarkan musim dan siklus matahari 11 tahunan.
Catatan:
1. Aurora difus: disebabkan ketika elektron terperangkap dalam medan magnet bumi yang disalurkan ke arah atmosfer kutub. Cahaya dipancarkan ketika elektron bertabrakan dengan atom netral pada bagian atas atmosfer. Aurora difus umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang tetapi tertangkap dalam gambar satelit.
2. Gelombang paduan suara: Gelombang radio frekuensi sangat rendah yang berasal dari ruang angkasa dan pertama kali terdeteksi di daratan. Disebut demikian karena ketika diputar ulang melalui pengeras suara, mereka terdengar seperti paduan suara burung fajar.
3. Aurora diskrit: dikenal sebagai Aurora Borealis di Kutub Utara (di atas lingkaran Arktik) dan Aurora Australis di Kutub Selatan (di atas Antartika). Mereka tampak seperti berapi-api, tirai cahaya bergerak warna-warni yang melambai-lambai dan dapat dilihat dengan mata telanjang, sedangkan aurora difus lebih redup tapi lebih luas dan dapat menyelimuti seluruh langit.
Sumber Artikel: antarctica.ac.uk
Referensi Jurnal:
Richard M. Thorne, Binbin Ni, Xin Tao, Richard B. Horne, Nigel P. Meredith. Scattering by chorus waves as the dominant cause of diffuse auroral precipitationNature, 2010; 467 (7318): 943 DOI:10.1038/nature09467

Sabtu, 02 Mei 2015

Tentang Hologram dan Aplikasinya

Monday, April 28, 2014

Tugas Makalah Hologram




 Dosen Pembimbing
Patria Hidayat., S. Sos






Disusun Oleh :
Satria SukmaWijaya
C1021311RB1010
S1 Ilmu Komunikas


Kata Pengantar
Puji dan Syukur bagi Tuhan  Yang Maha Kuasa atas segala Berkat, Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya,sehingga saya mampu menyelesaikan tugas makalah dengan Tema“Teknologi Hologram” Meskipun dalam penyusunannya banyak mengalami berbagai kendala.Tapi biarbagaimanapun saya tetap bersyukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan daya pikir sehingga, saya mampu menyelesaikannya dengan baik. Tugas ini saya peroleh bantuan dari berbagai referensi baik dari dari internet, maupun sumber buku, dan informasi lainnya. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah berpartisipasimemberikan dukungan dan kepercayaan. Dari situ semua kesuksesan berawal. Meskipun saya berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Sekian dan Terima Kasih



DAFTAR ISI


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1   LatarBelakang ...............................................................................................................
1.2   Tujuan Penulisan ...........................................................................................................
1.3   Rumusan Masalah .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Sejarah Perkembangan Teknologi Hologram..................................................................
2.2  Pengertian Teknologi Hologram.....................................................................................
2.3  Generasi Teknologi Hologram........................................................................................
2.4  Karakteristik Teknologi Hologram ................................................................................
2.5  Penyimpanan Hologram & Gambar Orthoscopic dan Pseudoscopic.............................
2.6  Klasifikasi Teknologi Hologram ....................................................................................
2.7  Proses Perekaman Hologram
2.8  Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Hologram .........................................................

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1                                                                                                                                                                                                                                                                                Latar Belakang 
Zaman modern seperti sekarang ini, satelit telah menjadi bagian dari kehidupan manusia di berbagai belahan bumi. Dengan satelit, orang dapat saling berhubungan, tanpa mengenal jarak dan waktu, bahkan pada tempat yang terpencil sekalipun. Perkembangan teknologi komunikasi sangat berperan dalam meningkatkan arus informasi, yaitu dengan mengggunakan satelit komunikasi seperti pada teknologi komunikasi Hologram ini.
Televisi Hologram merpkan televisi nan menghasilkan gambar solid nan bgerak dlm bentuk tiga dimensi nan nyata. Sistem nan bekerja pada televisi ini adl sistemholografis. Pada sistem ini, kamera stereoskopis merekam pantulan cahaya dr gambar kemudian mancarkan cahaya tersebut ke kedua mata penonton di dua sudut bbeda. Sistem holografis akan menampilkan suatu pola, yaitu pola lingkaran difraksi. Pola nan ditampilkan merpkan pola terang & gelap di sekitar objek. Pola difraksi nan bgerak-gerak ke arah bbeda akan menampilkan gambar tiga dimensi nan nyata sehingga kacamata tiga dimensi tak lagi dibutuhkan. Sistem itu disebut 3D Auto Streoscopic.
Teknologi Hologram merupakan teknologi di mana dapat digunakan dalam satu hari untuk menyimpan data dalam jumlah besar dalam bentuk holografik. Menurut salah satu ilmuwan Nasser Peyghambarian, optik Hologram akan menawarkan aplikasi masa depan dalam pengobatan dan manufaktur serta dalam industri hiburan. Tim peneliti dari Universitas Arizona telah mengumumkan bahwa mereka berhasil mengembangkan gerakan tercepat hologram 3D.
Nasser Peyghambarian adalah salah satu ilmuan yang menemukan Teknologi 3D Hologram ini. Beliau mengatakan bahwa”Teknologi seperti komunikasi langsung dengan hologram tampaknya hanya ada di film. Dan kami adalah para ilmuwan mencoba untuk membawanya keluar ke dunia nyata, “katanya, seperti dilansir Alam. “Tapi sekarang kita telah menunjukkan bahwa menciptakan hologram yang dinamis ukuran dan resolusi seperti dalam film akan menjadi sebuah kenyataan,” tambahnya.




1.2            Tujuan Penulisan
Ø  Agar Pembaca dapat Memahami arti dari Teknologi Hologram
Ø  Untuk Mengetahui Sejarah dari Perkembangan Teknologi Hologram
Ø  Pembaca dapat Mengetahui Generasi dan Karakteristik Teknologi Hologram
Ø  Pembaca dapat Memahami Bagaimana Penyimpanan dari Teknologi Hologram
Ø  Pembaca dapat Memahami Klasifikasi Hologram dan bagaiman cara Perekaman dari Teknologi Hologram
Ø  Agar Pembaca dapat Memahami Kelebihan dan Kekurangan dari Teknologi
Hologram
Ø  Khusus buat pembaca atau audiens dapat memberikan persepsi/tanggaapan bahkan dapat dikritisi dari segi pembahasan tentang teknologi informasi dan sebagainya


1.3            Rumusan Masalah
Ø  Merumuskan defenisi Teknologi Hologram!
Ø  Rumuskan secara singkat sejarah perkembangan Teknologi Hologram !
Ø  Menguraikan Karakteristik dari Teknologi Hologram !
Ø  Merumuskan bagaimana cara penyimpanan dari Teknologi Hologram !
Ø  Menguraikan klasifikasi dari Teknologi Hologram !
Ø  Menjelaskan apa kelebihan dan kekurangan dari teknologi hologram !



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Sejarah Teknologi Hologram
Pada tahun 1940-an, Dr. Dennis Gabor, seorang fisikawan Hongaria, menemukan teknik holografi. Berkat penemuannya tersebut, ia dianugerahi penghargaan Nobel pada tahun 1971. Hasil temuaannya menjadikan ia sebagai perintis, bapak, dan sekaligus pencipta holografi. Sayangnya, perkembangan bidang ini berjalan lambat hingga tahun 1960-an. Akhirnya, perkembangan holografi mulai bergerak lagi dengan adanya perkembangan teknologi laser.
Teknologi hologram tak terlepas dr peran Denis abor, fisikawan asal Hungaria nan lahir pada tahun 1900. Gabor mulai pendidikannya di bi&g fisika saat bumur 15 tahun kemudian menjadi seorang ilmuan di Inggris. Gabor mbuat sebuah penelitian nan kemudian menjadi pondasi holography modern. Gabor menemukan teknologi hologram secara tak sengaja ketika bekerja di perusahaan British Thomson Houston. Saat itu, Gabor se&g meneliti bagaimana mperbaiki mikroskop elektron. Gambar hologram statis tiga dimensi pertama kali diproduksi pada tahun 1960-an setelah sinar laser ditemukan. Hasil penelitian Gabor nan kreatif & inovatif mbuat dirinya menjadi salah satu penemu terkemuka di abad ke-20 & meraih Penghargaan Nobel di bi&gFisika pada tahun 1971.

2.2 Pengertian Teknologi Hologram
Hologram adalah produk dari teknologi holografi. Hologram terbentuk dari perpaduan dua sinar cahaya yang koheren dan dalam bentuk mikroskopik. Hologram bertindak sebagai gudang informasi optik. Informasi-informasi optik itu kemudian akan membentuk suatu gambar, pemandangan, atau adegan.Hologram merupakan jelmaan dari gudang informasi (information storage) yang mutakhir. Kelebihan hologram ialah ia mampu menyimpan informasi, yang di dalamnya memuat objek-objek 3 dimensi (3D). Tidak hanya objek-objek yang biasa terdapat di foto atau gambar pada umumnya. Hal itu disebabkan prinsip kerja hologram tidak sesederhana lensa fotografi. Hologram menggunakan prinsip-prinsip difraksi dan interferensi, yang merupakan bagian dari fenomena gelombang.
2.3Generasi Televisi
Terdapat enam generasi dlm teknologi televisi, yaitu :
Generasi pertama Televisi mekanis
Ø  Generasi kedua Televisi elektronik 
Ø  Generasi ketiga Munculnya penyiaran dengan gambar monokrom
Ø   Generasi keempat Sistem televisi bwarna & penyebarannya
Ø  Generasi kelima Televisi canggih 
Ø  Generasi keenam Sinyal televisi merpkan elemen penting dr multimedia.
Pada generasi pertama, kedua & ketiga, pemprosesan sinyal tak digunakan secara mendlm utk diperhitungkan dlm pengiriman. Pada generasi keempat, sistem televisi bwarna merpkan nan pertama dlm sejarah televisi nan mbutuhkan pemprosesan sinyal. Pada generasi kelima, perkembangan televisi sepuluh tahun terakhir dicirikan olh munculnya teknologi pemprosesan sinyal nan canggih, seperti pemanfaatan frequensi tiga dimensi & pemanfaatan pengkodean gambar digital.
Pemanfaatan pengkodean televisi dimulai pada tahun 1980-an dengan munculnya standar H. 261 (standar pengkodean televisi utk telepon video & konferensi televisi) nan lebih dikenal dengan standar Moving Pictures Experts Group. Kemudian, pada tahun 1990, fokus pada penyiaran digital. Pada generasi keenam, televisi mainkan peran nan sangat penting dlm bbagai bi&g. Di masa depan, hal nan terpenting adl gambar dapat diproses dengan mudah, baik secara teori maupun praktik utk bbagai kemungkinan penggunaan dr gambar televisi.











2.4 Karakteristik Hologram
Hologram, memiliki karakteristik yang unik. Beberapa diantaranya yaitu:
1.     Cahaya, yang sampai ke mata pengamat, yang berasal dari gambar yang direkonstruksi dari sebuah hologram adalah sama dengan yang apabila berasal dari objek aslinya. Seseorang, dalam melihat gambar hologram, dapat melihat kedalaman, paralaks, dan berbagai perspektif berbeda seperti yang ada pada skema pemandangan yang sebenarnya.
2.     Hologram dari suatu objek yang tersebar dapat direkonstruksi dari bagian kecil hologram. jika sebuah hologram pecah berkeping-keping, masing-masing bagian dapat digunakan untuk mereproduksi lagi keseluruhan gambar. Walau bagaimanapun, penyusutan dari ukuran hologram, dapat menyebabkan penurunan perspektif dari gambar, resolusi, dan tingkat kecerahan dari gambar.
3.     Dari sebuah hologram dapat direkonstruksi dua jenis gambar, biasanya gambar nyata (pseudoscopic) dan gambar maya (orthoscopic)
4.     Sebuah hologram tabung dapat memberikan pandangan 360 derajat dari objek
5.     Lebih dari satu gambar independen yang dapat disimpan dalam satu pelat fotografi yang sama yang dapat dilihat dari satu per satu dalam satu kesempatan.














2.5 Penyimpanan Hologram
Hologram dapat menderita penyimpangan yang disebabkan oleh konstruksi satu ke rekonstruksi berikutnya serta oleh ketidaksesuaian referensi dan rekonstruksi sinar. Penyimpangan pada hologram kromatik dan nonkromatik, keduanya sama-sama merupakan penyimpangan yang serius walaupun hanya sebuah penyimpangan dari geometriperekaman yang ada pada rekonstruksi geometri.
Gambar orthoscopic dan pseudoscopic
Sebuah hologram dapat merekonstruksi dua gambar, yang nyata dan maya (replika dari objek). Namun, dua gambar tersebut terbedakan dalam tampilannya di mata pengamat. Gambar maya diproduksi dengan posisi yang sama dengan objek dan memiliki tampilan yang sama pada kedalaman dan paralaks dengan objek tiga dimensi yang sebenarnya. Gambar maya terlihat seolah-olah pengamat melihat objek asli melalui jendela yang ditentukan oleh ukuran dari hologram.
Gambar tersebut dikenal sebagai gambar orthoscopic Gambar nyata, juga terbentuk dengan jarak yang sama dari hologram, tapi berada didepannya serta kedalaman gambarnya terbalik. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa titik-titik yang bersesuaian pada kedua gambar (nyata dan maya) terletak pada jarak yang sama dari hologram. Gambar nyata ini dikenal sebagai pseudoscopic.
Gambar ini sangat tidak nyaman untuk dilihat karena memang kita tidak terbiasa melihat gambar terbalik dalam kehidupan normal. Gambar tersebut tidak dapat diubah dengan tekni-teknik optika sampai baru-baru ini. Kini, sudah memungkinkan untuk mengkonjugasikan muka gelombang dengan menggunakan teknik konjugasi fase optik. Gelombang muka ini memiliki aplikasi yang potensial dalam mengoreksi efek dari penyimpangan media pada pencitraan optik.
Sebuah hologram yang terekam oleh lensa atau sebuah cermin cekung, dapat menghasilkan sebuah bayangan nyata orthoscopic dari objek. Bayangan nyata orthoscopic dari objek ini juga dapat diciptakan dengan cara merekam dua hologram secara berturut-turut. Tahap pertama, hologram utama direkam dengan menggunakan sinar acuan.
Hologram ini, saat direkonstruksi oleh sinar, menghasilkan sebuah gambar maya dan gambar nyata dengan pembesaran unit. Kemudian, hologram ini direkam dengan menggunakan gambar nyata dari hologram utama sebagai sinar objek. Pada saat hologram ini sudah terekonstruksi, akan menghasilkan bayangan maya pseudoscopic dan bayangan nyata orthoscopic.

2.6 Klasifikasi Hologram
·         Klasifikasi berdasarkan amplitudo dan fase hologram
Sebuah hologram, tipe penyerapannya ada yang menghasilkan perubahan pada amplitudo dari sinar rekonstruksinya. Jenis fase dari hologram ini menghasilkan fase perubahan pada sinar rekonstruksi dikarenakan variasi dari indeks bias atau ketebalan dari medium. Fase hologram, memiliki keuntungan lebih daripada amplitudo hologram dalam hal pemborosan energi di dalam medium hologram serta efisiensi penguraian yang lebih tinggi. Hologram yang direkam dalam emulsi fotografik mengubah baik amplitudo dan fase dari menerangi gelombang.
Bentuk dari rencana kerangka perekaman ini tergantung dari fase relatif dari pencampuran sinar. Akibatnya, gelombang yang terekonstruksi terefleksi ke hologram yang sesuai dengan kepadatan perak yang tersimpan dengan variasi amplitudonya sebanding dengan amlpitudo dari objek. Demikian pula dengan fase gelombang rekonstruksi, yang dimodulasikan sebanding dengan fase dari gelombang objek. Jadi, baik amplitudo dan fase dari gelombang objek merupakan reproduksi.
·         Klasifikasi berdasarkan ketebalan hologram
Hologram bisa berbentuk tipis (bidang) atau tebal (isi). Sebuah parameter Q dapat digunakan untuk membedakan antara hologram tipis dan tebal. Sebuah hologram dapat dikatakan tipis apabila Q < 1. Hal ini telah dibuktikan bahwa hologram tipis yang ditambah dengan teori gelombang berlaku untuk nilai Q urutan 1. Jadi, kriteria dari Q tidak selalu cukup. Sebuah hologram mungkin juga disebut tipis jika emulsi ketebalannya lebih rendah dari jarak tepi. Hologram seperti ini menghasilkan beberapa ketentuan (i) ketentuan 0 jika sinar acuan ditransmisikan secara langsung, (ii) ketentuan 1 jika penyebaran menghasilkan bayangan maya, (iii) ketentuan -1 jika penyebaran sama dengan intensitas untuk ketentuan 1 menghasilkan gambar konjugasi dan (iv) lebih besar dari 1 jika ada penurunan intensitas.
Sebuah hologram yang bervolume (tebal) dapat dikatakan sebagai superposisi dari tiga dimensi rekaman terukur pada kedalaman dari emulsi menurut hukum Bragg. Rencana pengukuran pada volume hologram menghasilkan perubahan maksimal pada indeks bias dan atau indeks penyerapan. Kesimpulan dari hukum Bragg adalah volume hologram merekonstruksi bayangan maya pada posisi asli dari objek jika sinar rekonstruksi bertepatan dengan sinar acuan. Namun, bagaimanapun juga gambar konjugasi dan ketentuan penyebaran yang lebih tinggi tidak termasuk disini.
2.7 Proses Perekaman Hologram
Holografi, sering disalah konsepsikan sebagai 3D fotografi. Analogi yang lebih baik adalah rekaman suara di mana bidang bunyi dikodekan sedemikian rupa agar di kemudian hari dapat direproduksikan. Dalam holografi, sebagian dari sinar yang tersebar dari objek atau sekumpulan objek jatuh di atas media perekam. Sinar kedua, yang dikenal sebagai sinar acuan, juga menerangi media perekam sehingga terjadi gangguan antara kedua sinar tersebut. Hasil dari bidang cahaya tersebut adalah sebuah pola acak dengan intensitas yang bervariasi yang disebut hologram.
Dapat ditunjukkan bahwa jika hologram diterangi oleh sinar acuan asli, sebuah bidang cahaya terdifraksi oleh sinar acuan yang mana identik dengan bidang cahaya yang disebarkan oleh objek atau objek-objek. Dengan demikian, seseorang yang memandang ke hologram tetap dapat ‘melihat’ objek walaupun objek tersebut mungkin sudah tidak ada lagi. Berbagai variasi bahan rekaman yang juga dapat digunakan, termasuk Variasi Film fotografis.

2.8 Keunggulan/Kelebihan danKekurangan Hologram
·        Kelebihan
Ø  Komunikasi blangsung tanpa batas karena kendala jarak dapat diatasi dengan mudah. 
Ø  Mempermudah media massa, khususnya media massa elektronik dlm menyampaikan informasi. 
Ø  Lebih menarik dibandingkan dengan 3G, teleconference atau pun videoconferencekarena pengguna merasa seperti bkomunikasi langsung sehingga komunikasi menjadi lebih hidup.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, kapabilitas hologram melebihi kapabilitas media penyimpanan lainnya. Salah satunya ialah, hologram dapat merekam intensitas cahaya. Dengan kata lain, hologram memiliki informasi tambahan baru dibandingkan media lain.
Secara otomatis dengan adanya rekaman intensitas cahaya, hologram pun mampu untuk memperlihatkan kedalaman (depth).
Ketika seseorang melihat ke arah sebuah pohon, ia menggunakan matanya untuk menangkap cahaya dari objek itu. Setelah itu, informasi diolah untuk memperoleh makna mengenai objek tadi. Prinsip ini hampir sama dengan hologram. Hologram menjadi cara yang nyaman untuk menciptakan kembali gelombang cahaya yang sama, yang berasal dari objek yang sebenarnya.

·        Kekurangan
Berdasarkan survei Hudson Square Research Juni 2010, menyaksikan teknologi hologram pada televisi dlm jangka waktu tertentu bisa menyebabkan mual, sakit mata, pusing & besiko bagi ibu hamil. Hal ini dikarenakan televisi hologram menggunakanlensa lentikular nan menyebabkan tampilan bbeda pada mata kanan & kiri. Akan tetapi, hal ini dapat dihindr jika layar hologram tak menggunakan lensa lentikular, melainkan menggunakan satu sistem optik saja maka tak akan menyebabkan mual, sakit mata & pusing karena mata kanan & kiri menerima tampilan gambar nan sama.Sejarah Hologram, Generasi Televisi, Awal Mula Televisi Hologram, Konsep Dasar Televisi Hologram, Prinsip Kerja Telepresence Hologram, Pemanfaatan Teknologi Hologram, Kelebihan Teknologi Hologram, Kekurangan Teknologi Hologram.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan demikian, tampaknya holografi menjadi media yang ideal untuk "three-dimensional telepresence" seperti "holo beauty" yang terkenal yaitu Princess Leia dalam film Star Wars I. "Star Wars adalah sebuah film besar dan kami mendapat banyak umpan balik karena Princess Leia," kata Pierre-Alexandre Blanche, fisikawan dari University of Arizona, Tucson, Arizona, yang juga anggota tim peneliti. Tetapi gagasan hologram yang melayang di udara adalah mustahil. "Anda membutuhkan layar untuk mendukung menampilkan gambar," kata Blanche.
Selama pemilihan presiden AS tahun 2008, CNN's coverage menggunakan teknologi semi holografik dimana Wolf Blitzer berbicara tatap muka dengan seorang koresponden 3D virtual, Jessica Yellin, tetapi kesan visual yang ditambahkan ke umpan kamera bukan diproyeksikan ke studio. Pada pemilu tahun 2020 mungkin mereka akan melakukan percakapan tatap muka, kata Nasser Peyghambarian dari University of Arizona di Tucson.










Daftar Pustaka